Sistem Reproduksi pada Jerapah (Giraffa camelopardalis)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu yang paling dasar bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi. Dalam makalah ini akan dibahas dua hal yaitu  tentang  anatomi dan fisiologi sistem reproduksi yang menerangkan tentang anatomi saluran reproduksi jantan dan anatomi saluran reproduksi betina.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu individu berhenti, individu tersebut masih dapat bertahan hidup. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah individu tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.
Jerapah (Giraffa camelopardalis) adalah hewan yang memiliki leher yang panjang, telinga yang lebar, mata yang besar, dan ekor berjumbai. Jerapah merupakan hewan tertinggi yang hidup di darat, tingginya mencapai sampai sekitar 5-6 meter dan beratnya mencapai sekitar 1360 kg atau sekitar 21 kali berat badan manusia orang dewasa.
Jerapah adalah jenis hewan mamalia endemik Afrika yang habitat aslinya di padang savana, daerah Afrika Selatan. Jerapah tidak suka hidup di semak-semak karena itu sangat menyulitkan ia melihat musuhnya, jerapah lebih suka hidup di alam bebas dan alam terbuka sehingga ia bebas melihat keberadaan musuhnya dan bersiap-siap untuk melindungi dirinya.
Saat ini jerapah mengalami penurunan populasi sebesar 36-40% dalam 3 dekade terakhir (1985-2015). Perkiraan dalam tahun 2015 jumlah populasi jerapah ialah sebesar 97.562 ekor dan 68.293 diantaranya merupakan individu dewasa. Faktor penurunan populasi dari jerapah salah satunya adalah karena eksploitasi pada daerah hutan. Oleh karena itu saat ini jerapah dikategorikan kedalam hewan yang rentan mengalami kepunahan.
Melihat keadaan yang seperti ini, perlu adanya perhatian khusus pada jerapah agar mereka tidak punah. Bersama makalah ini diharap masyarakat menjadi lebih perhatian terhadap jerapah.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana klasifikasi dari jerapah (Giraffa camelopardalis)?
2.      Bagaimana anatomi dari organ reproduksi jerapah (Giraffa camelopardalis)?
3.      Bagaimana fisiologi reproduksi dari jerapah (Giraffa camelopardalis)?
1.3  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui klasifikasi dari jerapah (Giraffa camelopardalis)
2.      Untuk mengetahui dan memahami tentang organ reproduksi jerapah (Giraffa camelopardalis)
3.      Untuk mengetahui dan memahami fisiologi reproduksi dari jerapah (Giraffa camelopardalis).
2.1     Jerapah
Jerapah merupakan salah satu hewan herbivora ruminansia yang telah terkenal luas dan hewan tertinggi di dunia, tingginya mencapai 5,5 m. Hidup di savana dan daerah hutan terbuka di sebagian besar Afrika selatan tepatnya di Sahara. Nama binatang itu berasal Zirafah, yang berarti "fast walker" dalam bahasa Arab. Jerapah dewasa Bisa berlari hingga 35 mil per jam (56 km / jam).
·         Kingdom        : Animalia
·         Phylum           : Chordata
·         Class               : Mammalia
·         Ordo               : Artiodactyla
·         Family            : Giraffidae
·         Genus             : Giraffe
·         Spesies           : Giraffe Camelopardalis
Jerapah berkerabat dengan rusa dan sapi tetapi dari suku yang berbeda, yaitu Giraffidae yang mencakup jerapah sendiri dan kerabat terdekatnya, okapi. Habitat aslinya mencakup area dari Chad sampai dengan Afrika Selatan
2.2      Anatomi
Jerapah adalah mamalia yang menjalani proses reproduksi yang serupa dengan hewan lain dari kelas yang sama namun dengan beberapa ciri khas spesies dan. Alat reproduksinya juga hampir serupa dengan hewan lain. 
2.2.1        jantan
2.2.1.1           Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada jerapah, sebagaimana halnya ovarium pada betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa). Tahapan spermatogenesis meliputi spermatogonium, spermatosit primer, spermatosist skunder, spermatid.
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok. Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testisterbatas pada kutub kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri.
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi sel–sel sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagisperma yang berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon perangsang folikel. Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran basement,tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus.

2.2.1.2        Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma. Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymisdapat dibagi dalam beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum, bagian proksimal dari epididymis (kepala dan badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini 45% spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis. Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin dalam :
a.       perkembangan motilitas progresif,
b.      modifikasi proses metabolisme,
c.        perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan molekul pada selaput yang diperlukan untuk pengenalan proses selama pembuahan,
d.      stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang terkait,
e.       gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid. Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro.
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan. Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ khusus untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian ini dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).

2.2.1.3        Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinalyang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia


2.2.1.4           Penis
            Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat padaischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis.
              Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi sel-sel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari arteri berbentuk mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang corpora kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi, sehingga akan memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis

2.2.2        Betina
Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium, saluran kelamin dan alat penggantungngnya. Saluran kelamin terdiri dari tuba falopii ( oviduk), tanduk rahim ( koruna uteri ), badan rahim ( korpus uteri ), leher rahim ( servik uteri ), vagina dan vulva. Sistem reproduksi pada betina tidak hanya menerima sel-sel telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa sael-sel telur tersebut ke tempat implantasi, yaitu rahim, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi, yaitu tuba falopii.
Ovarium dan bagian kelamin dari sistem reproduksi tidak berhubungan satu dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dipertautkan oleh alat penggantungnya. Ovarium menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Tuba falopii berada di dalam lipatan mesosalping, sedangkan mesosalping melekat pada ligamen ovarium. Ligament ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal yang homolog dengan gubernakulum testis. Bagian lain ligament ini membentuk ligament bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium, saluran kelamin dan alat penggantungngnya.

2.2.2.1              Ovarium
            Ovarium berfungsi ganda, yaitu sebagai alat tubuh yang memproduksi sel kelamin betina, yaitu ovum dan hormone-hormon kelamin betina, yaitu esterogen dan progesterone.  Ovarium juga merupakan alat kelamin betina yang bertanggung jawab atas diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi serta perkembangbiakan dari spesies. Selain itu, ovarium juga sebagai organ endokrin yang memproduksi hormon steroid yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri seksual betina sekunder dan mendukung kebuntingan. Pada umumnya, ovarium terdapat dua buah, yaitu kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga pelvis.Strukturnya oval, ovarium tidak terikat dengan tuba falopii dengan saluran telur yang terbuka ke arah fimbrae.  Diameter kecil dibandingkan besar tubuh. Bentuk ovarium hewan dewasa beda dengan yang muda.

2.2.2.2           Tuba Falopii / Oviduk
Pangkal dari tuba falopii terdapat fimbrae.    Fimbrae  adalah struktur berbentuk corong yang berfungsi menangkap ovum yang telah di ovulasi oleh ovarium dan akan di teruskan ke arah tuba falopii.  Di tuba falopii terdapat sillia yang membantu transport ovum. Tuba falopii merupakan saluran reproduksi betina yang kecil, berliku-liku dan kenyal serta terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus. Tuba falopii berfungsi sebagai transport ovum dan sperma/fertilisasi, kapasitas spermatozoa dan tempat pembelahan zigot.
2.2.2.3              Uterus (Rahim)
Biasanya memiliki dua buah tanduk (kornua uteri), satu buah tubuh (korpus uteri), dan satu buah leher rahim (servik uteri). Tipe bentuk uterus. Uterus Bipartitus, uterus tipe ini dimiliki oleh jerapah, sapi, domba, anjing, kucing, dan kuda. Uterus tipe ini mempunyai satu servik, korpus uteri jelas terutama pada kuda, mempunyai kornua uteri yang jelas dan berkembang biak ( kecuali kuda ) dan terdapat sebuah septum pemisah kedua kornua uteri.


2.2.2.4           Vagina
Vagina merupakan  saluran kelamin betina yang terdiri dua bagian, yaitu vagina sebenarnya dan vestibulum. Vagina berfungsi sebagai tempat penumpahan semen dan juga sebagai jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus. Dindingnya terdiri dari tiga bagian, yaitu selaput lender, lapisan otot dan serosa.



2.3      Tingkahlaku kawin jerapah
Jerapah tidak memiliki musim kawin tertentu. Sebaliknya, setiap dua minggu, jerapah betina memasuki keadaan periodik gairah seksual, yang dikenal sebagai estrus, yang segera diikuti ovulasi. Jerapah jantan harus menentukan apakah seekor jerapah betina dalam masa estrus sebelum berkopulasi dengan betina. Penajntan menentukan ini dengan cara yang tidak normal. Pejantan merangsang betina untuk melepaskan urin dengan cara mengendus bagian belakang betina. Pejantan kemudian menjilati urin. Perilaku seperti itu dikenal sebagai flehmening, dan memungkinkan dia untuk menentukan apakah jerapah betina siap untuk kawin.

Jika betina memang mengalami masa estrus, jerapah jantan kemudian akan mengikutinya kemanapun. Pejantan berulang kali mencoba untuk berkopulasi, tetapi jika betina belum ingin  untuk kawin dengan pejantan, betina alan pergi begitu saja. Proses itu dapat memakan waktu hingga beberapa hari, dan terkadang betina mungkin memilih untuk tidak kawin dengan pejantan. Ketika proses kawin akhirnya terjadi, proses ini sangat cepat, dan jarang diamati oleh manusia.

Setelah sekitar 15 bulan kehamilan dikenal dengan gestation, melahirkan dalam posisi berdiri. Karena tingginya, bayi jerapah jatuh ke tanah, tapi dengan cepat pulih, dan langsung berjalan dalam waktu satu jam.


 DAFTAR PUSTAKA

Prawirohartono slamet, 1999 Sains Biologi-2b Jakarta Bumi Aksara.

Pearce Evelyn,2008 Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis jakarta PT.Gramedia.
Muller, Z., Bercovitch, F., Merek, R., Brown, D., Brown, M., Bolger, D., Carter, K., Deacon, F., Doherty, JB, Fennessy, J., Fennessy , S., Hussein, AA, Lee, D., Marais, A., Strauss, M., Tutchings, A. & Wube, T. 2016. Giraffa camelopardalis . (versi ralat diterbitkan pada 2017) The IUCN Red List of Threatened Species 2016
http://www.iucnredlist.org/details/9194/0#sectionErrata

Komentar

Postingan Populer