POST TEST RESPIRATORY SYSTEM
Post Test Respiratory System
1.
Sebutkan pembagian organ sistem respirasi
berdasarkan letak anatomisnya !
2.
Sebutkan jenis – jenis terapi yang diberikan
untuk kasus penyakit sistem respirasi !
3.
Jelaskan bagaimanakah terapi antibiotika yang
dibutuhkan pada kasus pneumonia pada hewan muda usia < 6 bulan !
JAWABAN
1.
Pembagian organ sistem respirasi berdasarkan
letak anatominya :
-
Saluran pernafasan atas terdiri atas: nasal,
sinus, pharynx dan larynx
-
Saluran pernafasan bawah terdiri atas: trachea,
bronchi, dan bronchiole
-
Lung diseases terdiri atas: intersitial dan
alveolar
-
Pleural spaces diseases terdiri atas: pleura,
mediastinum, diaphragma, and wall
2.
Jenis-jenis terapi yang diberikan untuk kasus
penyakit sistem respirasi :
-
Pada
kasus penyakit Nasal discharge: Bersin, Stertor, dan Deformitas fasial
dilakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk palatum durum, palatum molle, serta
bau nafas dari hidung atau mulut. Dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan:
pemeriksaan bakteriologi/serologi, pemeriksaan hematologi, rinoskopi,
pemeriksaan radiografi, biopsi, pemeriksaan bilasan hingga rongga hidung dan
sitologi.
-
Pada
kasus penyakit Nasal kongenital: Cleft Palate dilakukan terapi pemberian
susu/makanan melalui sonde lambung, pemberian antibiotik bila terdapat infeksi
saluran respirasi, serta dilakukan tindakan operatif sebaiknya segera dilakukan
bila hewan telah berumur 2-3bulan.
-
Pada
kasus penyakit Sindroma obstruksi saluran pada respirasi anjing brachycepalic
(berlaku juga pada anjing pekingese, pug, shih-tzu, boston terrier, bulldog,
dan boxer dilakukan terapi pada perubahan lingkungan dikurung dan ditempatkan
di lingkungan sejuk, pemberian obat sedatif agar tenang, diberikan prednisolon
bila terjadi edema faring dan laring, dilakukan trakhestomi bila diperlukan dan
tindakan operatif pada kasus-kasus berat dan selektif.
-
Pada
kasus penyakit Nasal perolehan: Epistaksis dilakukan terapi sedatif,
pengandangan hewan, bila pada epistaksis persisten dilakukan anestesi umum
dengan intubasi, bila penderita mengalami kehilangan banyak darah (<30ml/kg)
diberi transfusi darah atau terapi cairan, bila perdarahan telah berhenti
segera dicari kasusnya dan dilakukan terapi kausal. Rhinitis dilakukan terapi
kausal, infeksi sekunder, serta terapi suportif. Pada Neoplasia Nasal
prognosisnya biasanya jelek, karena penyakit ditentukan pada stadium lanjut.
-
Pada
kasus penyakit sinus/paranasal: Laringitis Akut dilakukan terapi kausal
atau terapi infeksi sekunder dan diberikan kortikostreoid pada alergi atau
edema laring. Paralisis Laring dilakukan terapi operatif untuk mengatasi
obstruksi. Laringitis kronis dilakukan terapi intermiten dengan kortikosteroid.
Trauma Laring dilakukan terapi sama dengan paralisis laring, perawatan luka
trauma, dan pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder. Kolaps
laring diberikan terapi sama dengan paralisis laring.
-
Pada
kasus penyakit Trakhea: Trakheitis dilakukan terapi penyebab primer dahulu,
pemberian antitusif, bronchodilator, dan ekspetoran, bila terjadi batuk kronik
dilakukan terapi nebulisasi / uap air panas selama 15-20 menit 3 kali sehari,
di ikuti menepuk nepuk dinding toraks untuk melepas sekret dan merangsang
ekspetorasi, pada infeksi virus diberikan antibiotika infeksi sekunder, dapat
pula diberikan kortikosteroid pada jangka pendek dalam kasus-kasus tertentu.
Infestasi Filaroides Osleri dilakukan terapi ivermectin 2000 mg/kg PO seminggu
sekali selama 2 bulan, terapi operatif pada nodul besar yang dapat menyebabkan
obstruktif trakhea. Kolaps Trakhea dilakukan terapi kombinasi bronchodilator
dengan ekspetoran sedatif untuk mengurangi simptomatik, terapi nebulisasi,
antitusif pada batuk non produktif, kortikosteroid selama 5 hari bila tidak ada
respon pada obat lain. Obstruksi dan Corpora Aliena Trakhea dilakukan terapi
mengatasi kausa. Trauma trakhea dilakukan terapi perawatan terhadap luka,
antibiotik untuk infeksi sekunder, bila tidak ada dispnu hewan di istirahatkan
sampai emfisema berkurang, dilakukan tindakan operatif bila kebocoran udara terus
terjadi, emfisema dapat dikurangi dengan pembalutan perban elastik.
-
Pada
kasus Penyakit Respirasi Bawah dan Paru-Paru: Penyakit Bronchial pada
Kucing dilakukan terapi bila terjadi dispnu berat diberikan oksigen dan
kortikosteroid jangka pendek, serta pemberian bronchodilator. Trakheobronchitis
Infeksius pada Anjing dilakukan terapi dapat sembuh sendiri 7-10 hari, bila
diperlukan, dapat diberikan antibiotika pada kondisi sekunder (kloramfenicol,
tetrasiklin/kuinolon), dan antitusif pada batuk non-produktif. Bronkhitis
Kronis pada Anjing dilakukan terapi antibiotik bila infeksi, kortikosteroid
jangka pendek selama 12 jam, bronchodilator, sistem hidrasi tubuh dipertahankan
supaya mukus mudah dikeluarkan, nebulisasi, bila hewan obesitas disarankan di
iringi dengan diet. Bronkhiektasis dilakukan terapinya sama dengan Bronkitis
Kronik. Pneumonia bakterial dilakukan terapi antibiotika sesuai hasil uji
sensitifitas untuk kuman gram (+) atau (-), dan terapi suportif untuk
mempertahankan hidrasi sistemik. Bila perlu dilakukan fisioterapi. Pneumonia
Fungal dilakukan terapi antifungal pada waktu yang lama seperti (amfoterisin,
ketokonasol, flusitosin), dan terapi suportif, bila terdapat dispnu
prognosisnya dubius. Pneumonia Parasitik dilakukan terapi antihelmintik seperti
febendasol, prasiquantel. Pneumonia Protozoal dilakukan terapi clindamycin 12,5
mg/kg PO atau IM setiap 12 jam. Pulmonary Infiltrates with Eosinophilia
dilakukan terapi kortikosteroid, prednison 1 mg/kg tiap 12 jam lalu dosis
diturunkan. Neoplasi Paru dilakukan terapi lobektomi dan atau kemoterapi, pada
neoplasia metastatik dilakukan terapi. Tromboembolisme Pulmonalis dilakukan
terapi oksigen, cairan, kortikosteroid jangka pendek terhadap syok, heparin
200U/kg SC tiap 8 jam. Kontusio Paru dilakukan terapi oksigen, cairan IV ,
bronchodilator, serta observasi selama 24 jam. Edema Pulmonum dilakukan terapi
oksigen, dikandangkan sampai edema hilang, sedasi, bronchodilator, diuretika,
kortikosteroid diberikan saat syok. Pneumonia Aspirasi dilakukan terapi oksigen
dan cairan intravena, bronchodilator, kausal hisap corpora aliena, antibiotik
untuk bakteri, bila radang diberikan kortikosteroid. Inhalasi Asap dilakukan
terapi sama dengan pneumonia aspirasi lalu selama keadaan patensi jalan napas
perlu diperhatikan dan kalau perlu dilakukan trakeotomi.
-
Pada
kasus Penyakit Pleura dan Rongga Pleura: Efusi Pleura dilakukan terapi
piotoraks, terapi cairan IV, antibiotika sistemik dan parentral, serta tindakan
operatif untuk menghilangkan kantong-kantong berisi eksudat atau corpora
aliena. Hemotoraks dilakukan terapi oksigen cairan IV, dan transfusi darah.
Dilakukan aspirasi darah bila terjadi
dispnu berat, bila terjadi perdarahan tidak berhenti dilakukan torakotomi
eksploratif, serta terapi pada kausa primer yaitu gangguan pembekuan darah.
Chylotoraks dilakukan terapi aspirasi berkala, operatif, benzopyrone 50mg/kg PO
tiap 8 jam, pleurodesis, serta diet rendah lemak dengan suplemen minyak
trigliserida. Hernia diafragmatika dilakukan terapi operatif. Pneumotoraks
dilakukan terapi luka luar dijahit bila kondisi stabil, dispnu dilakukan
aspirasi udara, keadaan berat dilakukan chest tube thoracotomy.
-
Pada
kasus penyakit Mediastinum: Pneumomediastinum dilakukan terapi kausal dan
suportif. Bila terjadi emfisema dapat dikurangi dengan aspirasi udara.
Pelebaran Mediastinum dilakukan terapi tergantung kausanya. Neoplasia
Mediastinum dilakukan terapi tindakan operatif dan kemoterapi pada
limfomatosis.
3.
Terapi antibiotika yang dibutuhkan pada kasus
pneumonia pada hewan muda usia < 6 bulan yakni terapi antibiotik yang
diberikan tergantung kausa pneumonia tersebut. Bila disebabkan corpora aliena
diberikan antibiotik sesuai uji sensitifitas bakteri gram (+) dapat diberikan
kloramfenikol, sulfonamid, sefalosporin/ untuk bakteri gram (-) dapat diberikan
gentamicin, enroflocaxin, dan tetrasiklin. Pneumonia memanglah sangat sering
terjadi apabila hewan berusia dibawah 6bulan-12bulan Pada pneumonia fungal
diberikan antifungal pada waktu lama dan terapi suportif, pneumonia parasitik
diberikan antihelmintika, pneumonia protozoa, diberikan kortikosteroid.
Komentar
Posting Komentar