Bakteri Yersinia Sp. Pada Ikan Mas


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Ikan mengandung protein yang cukup tinggi dan komposisi asam aminonya tidak sama dengan hewan-hewan darat. Ikan mas (Cyrinus carpio, L) merupakan salah satu hasil perairan yang memiliki kandungan gizi tinggi dan bernilai ekonomis penting, sehingga sepantasnya mendapat penanganan yang cukup serius. Penerapan teknik penanganan yang baik dapat mempertahankan mutu ikan. Kemunduran mutu ikan setelah mati disebabkan diantaranya oleh aktifitas mikrobiologis yang sudah ada secara alami pada tubuh ikan ketika hidup.
Keberadaan mikroba pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan air, spesies ikan, habitat, cuaca dan cara penangkapan. Kepadatan bakteri pada insang berkisar 103 -105 Cfu/g, usus berkisar 103 -107 Cfu/g dan pada kulit berkisar 102 -106 Cfu/g. Perbedaan kepadatan bakteri pada insang, dalam organ tubuh, permukaan tubuh, ataupun dalam perairan bervariasi tergantung dari jenis flora normal yang dominan dalam tubuh ikan dan faktor lingkungan. Menurut Khairina dan Khotimah (2006), beberapa genus Enterobacteriaceae penting bagi kesehatan masyarakat karena menimbulkan wabah keracunan pangan dan penyakit infeksi yang ditularkan melalui bahan pangan segar.
Yersinia adalah salah satu genus Enterobacteriaceae yang mengkontaminasi bahan pangan yang hidup di perairan dan dapat menimbulkan infeksi pada manusia. Menurut Mair (1973), Y. enterocolitica menyebabkan infeksi pada usus manusia dan hewan (mengganggu sistem pencernaan); Y. pestis merupakan galur yang ditakuti sejak dahulu karena menyebabkan penyakit pes; Y. pseudotuberculosis menginfeksi limfa pada hewan dan menyebabkan penyakit seperti tuberculosis, penularannya ke manusia kemungkinan dari daging yang terinfeksi dan kurang dimasak. Dilaporkan bahwa terdapat satu spesies dari genus ini yang merupakan bakteri patogen atau penyebab penyakit Enteric Red Mouth (ERM) dan exophtalamia pada ikan yaitu Yersinia ruckeri. Spesies ini dapat menimbulkan penyakit pada ikan-ikan jenis salmonid dan non-salmonid (EFSA, 2008).
1.2. Rumusan masalah
1.2.1.      Apa pengertian dari Yersinia sp ?
1.2.2.      Bagaimanana klasifikasi dari Yersinia sp ?
1.2.3.      Bagaimana klasifikasi dari ikan mas ?
1.2.4.      Bagaimana gejala klinis dan patologi penyakit yang ditimbulkan pada ikan mas akibat adanya Yersinia sp ?
1.2.5.      Bagaimana cara isolasi dan identifikasi untuk bakteri Yersinia sp ?
1.2.6.      Bagaimana cara untuk pengobatan dan penanggulangan bakteri Yersinia sp ?

1.3. Tujuan
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian dari Yersinia sp
1.3.2.      Untuk mengetahui species hidup dari Yersinia sp
1.3.3.      Untuk mengetahui bagaimana bentuk morfologi dan fisiologi dari Yersinia sp
1.3.4.      Untuk mengetahui sifat sifat dari bakteri Yersinia sp
1.3.5.      Untuk mengetahui bagaimana cara yang dilakukan untuk isolasi dan identifikasi bakteri Yersinia sp
1.3.6.      Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk pengobatan dan penanggulangan terhadap bakteri Yersinia sp

1.4. Manfaat
1.4.1.      Bagi pembaca, dapat memperoleh informasi yang sebenar-benarnya mengenai Yersinia sp
1.4.2.      Bagi penulis, untuk melengkapi tugas makalah dari mata kuliah Ilmu Penyakit Satwa Akuatik FKH Universitas Airlangga











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dari Yersinia sp
Yersinia sp. adalah bakteri gram negatif berbentuk coccobacill, non-motil, tidak membentuk spora, anaerobic fakultatif dan dapat memfermentasikan laktosa. Pergerakan dari bakteri ini hanya mengandalkan dari pergerakan cairan dan makanan dalam saluran pencernaan, karena tidak memliki flagela. Yersinia sp dapat menyebabkan disentri pada hewan ataupun manusia pada saat ketahanan tubuh lemah dan jumlah bakteri dalam saluran pencernaan meningkat, hal ini dikarenakan Yersinia sp. Merupakan mikroflora normal dalam tubuh manusia atau hewan.
Bakteri pada genus ini memiliki empat spesies yang didasarkan pada serologis test. Adapun spesies dari Yersinia sp. yaitu  Yersinia pestis CO92, Yersinia pestis, Yersinia enterolotica, Yersinia pseudotuberculosis. Yersinia sp. masuk dalam serogroup D yang memilik 1 serotipe. Klasifikasi ini didasarkan pada komponen antigen-O dari lipopolisakarida (LPS) yang memperlihatkan membran luar dari bakteri. Serogroup A,B,C memiliki kemiripan fisiologi yang sama dengan Yersinia sp yang membedakan hanya reaksi biokimia dari positif beta-D-galaktosidase dan ornithine dekarboxilase.

2.2. Klasifikasi dari bakteri Yersinia sp
Kingdom         : Bacteria
Filum               : Proteobacteria
Kelas               : Gamma Proteobacteria
Ordo                : Enterobacteriales
Famili              : Enterobacteriaceae
Genus              : Yersinia
Spesies             : Yersinia sp.

2.3. Klasifikasi dari ikan mas
Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang, sedikit pipih ke samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi, di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang (Susanto, 2007). Klasifikasi ikan mas menurut (Susanto, 2007) adalah sebagai berikut:
Filum   : Chordata
Kelas   : Pisces
Ordo    : Ostariophysi
Familia :Cyprinidae
Genus  : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
Di alam aslinya, ikan mas sering ditemui di pinggiran sungai, danau, atau perairan tawar lainnya yang airnya tidak terlalu dalam dan aliran airnya tidak terlalu deras. Lingkungan perairan ideal yang diinginkan ikan mas adalah daerah yang berketinggian 150 - 600 m di atas permukaan laut dengan suhu air berkisar antara 25 ? 300C (Rochdianto, 2007). Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut, secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe cikloid (lingkaran), sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri-ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis gurat sisi (linea lateralis) berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Amri, 2008).

2.4. Gejala klinis dan patologi penyakit yang ditimbulkan pada ikan mas akibat adanya Yersinia sp
Perubahan perilaku ikan dapat diamati, termasuk berenang di dekat permukaan, gerakan lesu dan kehilangan nafsu makan. Tanda-tanda lain penyakit termasuk exophthalmia dan penggelapan kulit, dan perdarahan subkutan di dalam dan sekitar mulut dan tenggorokan, yang memberi nama umum pada penyakit ini. Perdarahan peterson dapat terjadi pada permukaan hati, pankreas, caeca pilorus, kandung kemih berenang dan otot lateral. Limpa sering membesar dan hampir berwarna hitam (Gambar 1), dan usus bagian bawah bisa menjadi memerah dan diisi dengan cairan buram dan kekuningan.
Pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya septikemia umum dengan peradangan pada sebagian besar organ, terutama ginjal, limpa, hati, jantung, insang dan di daerah dengan perdarahan petechial. Perubahan patologis pada insang, termasuk hiperemia, edema dan deskuamasi sel epitel di lamella sekunder telah dijelaskan. Daerah fokus nekrosis dapat hadir di limpa, ginjal dan hati. Di ginjal, tubulus ginjal yang merosot, nefritis glomerular dan peningkatan makrofag melano yang nyata dapat diamati.

2.5. Cara isolasi dan identifikasi untuk bakteri Yersinia sp
Pertumbuhan koloni pada media Mac-Conkey Agar yang diduga sebagai Yersina yaitu berbentuk bulat dengan tepian yang licin tanpa lekukan (entire) dan elevasinya agak datar (raised), berwarna (transparan lama kelamaan menjadi kuning). Hasil pengujian terhadap pergerakan bakteri bervariasi yakni 51 galur bersifat positif dan 9 galur lainnya negatif. Pewarnaan Gram terhadap 60 galur diperoleh 55 galur bersifat Gram-negatif berbentuk batang, 2 galur Gram-negatif kokus. Yersinia merupakan bakteri Gram-negatif berbentuk bulat telur atau batang (Sattar et al. 2006). Pengujian fermentasi karbohidrat (glukosa, laktosa, maltosa dan sukrosa) memberikan hasil bevariasi (positif dan negatif), katalasenya 59 galur positif dan oksidase 54 galur reaksinya negatif. Hasil uji Indol diperoleh 23 galur bersifat negatif, methyl red 41 galur hasilnya positif, Voges Proskaeur dan sitrat diperoleh masing-masing 47 galur positif. Ciri Yersinia sp. Gram negatif batang, koloninya berwarna kuning, motil, methyl red dan katalase positif (Feliatra 2001). Berdasarkan hasil uji terhadap masing-masing isolat bakteri teridentifikasi 13 galur sebagai Yersinia. Bagian insang 4 galur meliputi Y. frederiksenii, Y. intermedia dan Y. rohdei, lendir 6 galur yaitu Y. frederiksenii, Y. enterocolitica dan Y. Intermedia, dan isi perut 3 galur berupa Y. frederiksenii dan Y. enterocolitica (hasil identifikasi ditunjukkan pada Tabel )
Tabel Yersinia sp. yang teridentifikasi berpedoman pada Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology

2.6. Cara untuk pengobatan dan penanggulangan bakteri Yersinia sp
2.6.1.      Penanggulangan Penyakit Bakterial secara Kimia
Bahan-bahan kimia yang sering digunakan untuk penanggulangan penyakit bakterial adalah antibiotik, yaitu melalui pengrusakan membran sel, sehingga sel menjadi lisis. Penggunaan antibiotik ini dapat dilakukan pada stadium larva maupun dewasa. Namun hasil yang diperoleh kurang memuaskan dan menimbulkan efek samping yang merugikan lingkungan, diantaranya terjadinya keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian terhadap biota lain yang menguntungkan (RUKYANI & TAUHID, 1984). Sedangkan biota target dapat mengalami resistensi terhadap bahan kimia tersebut.
2.6.2.      Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Fisika
Teknik secara fisika merupakan cara lain di samping penggunaan teknik secara kimia. Secara garis besar, teknik ini ialah dengan pengaturan kondisi lingkungan pemeliharaan krustasea, di antaranya meliputi pengaturan suhu, salinitas, pH, maupun teknis pemberian pakan.
2.6.3.      Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Biologis
Alternatif teknik yang paling efektif untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kontaminasi pada budidaya krustasea adalah secara biologis. Cara ini dilakukan dengan pemberian vaksinasi, baik melalui oral maupun penyuntikan, penggunaan musuh alami atau kompetitor bagi bakteri patogen.
Teknik lain secara biologis adalah menggunakan musuh alami atau kompetitor bakteri patogen. Teknik ini menggunakan bakteri maupun organisme lain yang dapat berperan sebagai musuh alami maupun kompetitor bagi bakteri patogen.
Secara sederhana, teknik penanggulangan penyakit bakterial di Indonesia dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Bagan tersebut merupakan hasil ringkasan teknik penanggulangan penyakit bakterial pada budidaya krustasea di Indonesia. Pemilihan teknik penanggulangan penyakit tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan, teknik pemeliharaan, dan kemampuan finansial yang ada. Pemilihan teknik penanggulangan penyakit bakterial yang tepat dapat meningkatkan hasil. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai teknik penanggulangan penyakit bakterial.







BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Yersinia sp. merupakan enterobacterium batang batang Gram negatif. Ini memiliki jangkauan tuan rumah yang luas, distribusi geografis yang luas, dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan dalam industri akuakultur ikan.
Tanda klinis lainnya meliputi exophthalmia, penggelapan kulit, splenomegali dan radang usus bagian bawah dengan akumulasi cairan kuning tebal. Bakteri memasuki ikan melalui lamella sekunder dan dari sana menyebar ke darah dan organ dalam.

3.2.Saran
Referensi jurnal mengenai bakteri Yersinia sp. pada ikan mas masih sangat minim sehingga menandakan bahwa penelitian mengenai bakteri ini pada ikan tersebut masih sedikit maka perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai bakteri tersebut.














DAFTAR ISI

Dali, Faiza A. 2013. Kepadatan Yersinia Sp. Yang Diisolasi Dari Ikan Mas (Cyprinus Carpio, L). Gorontalo: Jurnal Entropi. Vol VIII, No. 1
Kumar, Gokhlesh, Menanteau-Ledouble, Saleh Mona and El-Matbouli Mansour. 2015. Yersinia Ruckeri, The Causative Agent of Enteric Redmouth Disease in Fish. Kumar et al. Veterinary Reasearch 46:103.
Hirsh DC, Machlahan NJ, Walker RL. 2004. Veterinary microbiology 2nd ed. Blackwell Publishing : California
Hatmanti, Ariani. 2003. Penyakit Bakterial Pada Budidaya Krustasea Serta Cara Penanganangannya. Oseana. Vol. XXVIII, No. 3:1-10.
Niyogi SK. “Shigellosis”. Journal of Microbiology (2005 Apr). 43(2): 133-143. http://www.textbookofbacteriology.net/Shigella.html [18 November 2017]
Wong, Ken Koon, Fistek Michael and Walkins, Richard R. 2013. Community-acquired pneumonia caused by Yersinia enterocolitica in an immunocompetent patient. USA: Journal of Medical Microbiology. No. 62:650-851

Komentar

Postingan Populer